Dirimu, dirimu yang masih sama.
Matamu, hidungmu semua terlihat sama tak ada yang berubah.
Ya, ada yang berubah.
Postur tubuhmu kini tlah berubah, bukan pria kecil yang dulu sering kubanding bandingkan tingginya bersamaku.
Kini kau tlah menjadi pria dewasa yang begitu tampan dan gagah.
Dan tatapan itu yang selalu membuatku tersipu malu, tetap ada.
Ah, mungkin itu hanya perasaanku yang berlebihan..
Mungkin aku yang terlalu berharap.
Ku sambut pertemuan kita ini dengan senyuman, dan kau membalasnya dengan sama.
Kau berjalan kearahku, namun ada yang janggal di mataku.
Ada tangan yang kau genggam erat di belakangmu.
Brak, rasanya ada yang aneh dengan hatiku
Entahlah kegelisahan apa ini, rasanya aku takut, rasanya aku tak ingin mendengar sesuatu yang tak inginku dengar.
Ya Tuhan, siapa dia? Siapa yang bersamanya, yang berjalan ke arahku?
Kini tangan itu menjulur ke arah tanganku, mengajakku bersapa.
Ya, ku dengar aku dengar yang tak ingin ku dengar.
Ku ucapkan selamat dengan dibaluti senyuman manisku, senyuman yang menutupi lukaku.
Hai, semoga kau bahagia.
Tuhan tak mengizinkan kau menjadi jodohku.
Aku pamit, aku akan pergi dari penantian tak berujung ini.
Terimakasih telah menjadi mimpi mimpi indahku, mimpi yang tak pernah menjadi nyata.
Biarlah mimpi ini hanya akan menjadi kisahku.
Kisah penantianku yang tak pernah berujung.
Matamu, hidungmu semua terlihat sama tak ada yang berubah.
Ya, ada yang berubah.
Postur tubuhmu kini tlah berubah, bukan pria kecil yang dulu sering kubanding bandingkan tingginya bersamaku.
Pilihan Editor :
- Teruntuk Hati yang Telah Patah
- Kita Menjadi Tua Bersama By Amaliahrh
- Ketika Muslimah Memutuskan Untuk Jatuh Cinta
Kini kau tlah menjadi pria dewasa yang begitu tampan dan gagah.
Dan tatapan itu yang selalu membuatku tersipu malu, tetap ada.
Ah, mungkin itu hanya perasaanku yang berlebihan..
Mungkin aku yang terlalu berharap.
Ku sambut pertemuan kita ini dengan senyuman, dan kau membalasnya dengan sama.
Kau berjalan kearahku, namun ada yang janggal di mataku.
Ada tangan yang kau genggam erat di belakangmu.
Brak, rasanya ada yang aneh dengan hatiku
Entahlah kegelisahan apa ini, rasanya aku takut, rasanya aku tak ingin mendengar sesuatu yang tak inginku dengar.
Ya Tuhan, siapa dia? Siapa yang bersamanya, yang berjalan ke arahku?
Kini tangan itu menjulur ke arah tanganku, mengajakku bersapa.
Ya, ku dengar aku dengar yang tak ingin ku dengar.
Ku ucapkan selamat dengan dibaluti senyuman manisku, senyuman yang menutupi lukaku.
Hai, semoga kau bahagia.
Tuhan tak mengizinkan kau menjadi jodohku.
Aku pamit, aku akan pergi dari penantian tak berujung ini.
Terimakasih telah menjadi mimpi mimpi indahku, mimpi yang tak pernah menjadi nyata.
Biarlah mimpi ini hanya akan menjadi kisahku.
Kisah penantianku yang tak pernah berujung.